iklan

Buat kakak, dan Sepasang Matanya

http://otnairahiwa.blogspot.com

Aku menangisimu dalam sunyi kak, perih memang. Tapi aku mau dan aku mampu. Seperti saat ini yang terekam hanya bayang akanmu. Tingkahmu, wajahmu, senyummu, semua tentangmu. Enggan rasanya kutinggalkan tempat itu, tempat semua kenangan mulai subur tumbuh dan mekar.

Kini awan mulai menutupi tapi tidak buatku. Kota itu justru nampak begitu gagah di awan. Seperti dongeng dongeng yang sering dibacakan kakek sebelum tidur. Biasanya kakek akan menceritakannya selepas ia menceritakan jaman berjuangnya.

Sebenarnya bukan kotanya yang membuatku enggan enyah. Ada sepasang mata yang begitu indah mengalahkan kemegahan kota. Sederhana, tenang, dan terkadang sedikit malu-malu, itu yang selalu membuatku selalu ingin pulang.

Mata itu selalu tak henti henti membuatku kagum. Aku tak tau apa yang membuatku seperti ini. Tak kuasa ku menatap mata itu. Mataku seolah telah tersihir oleh mata itu. Semua tingkahku sudah dikuasainya, aku dalam kendalinya.

"Kak, mau kuantar pulang?"

"Kak, pulang dengan siapa?"

"Kak, pulang bareng yuk!"

Selalu saja seperti itu setiap hari dan itu berulang sepanjang tahun.

Aku menangisimu dalam sunyi, sakit memang. Tapi aku mau, dan mampu. tak sempat kuucapkan kata perpisahan padamu, walau itu memang ku sengaja. Tak kuasa mataku menatapmu untuk terakhir kali. Ku berharap masih ada perjumpaan berikutnya. Saat mataku menatap lama mata yang lama tak menatapku lama.

Kak, aku menangisimu dalam sunyi, perih memang. Tapi aku mau dan mampu. Semoga ini bukan menjadi perpisahan terakhir, jaga baik-baik mata itu ya kak!

(Buat kakak dan sepasang matanya)

iklan

" Belum dapat kukenali mana kopiku dan mana senyummu yang tawar tanpa gula bagai obat pengantar luka "