iklan

Hidung Mungil

http://otnairahiwa.blogspot.com


Tubuh ini butuh sebuah dorongan, Meski pada akhirnya jatuh ke dasar jurang. Sebagai pengingat diri, saatnya kaki kembali berdiri, bangkit dari bayangan diri sendiri. Harusnya tubuh ini tak lagi disini, selalu saja berkuitik dengan janji, yang entah kapan akan tertepati.

Hujan begitu lebat. Mengingatkanku pada kisah tak tersurat. 9 tahun, waktu yang tak bisa di sebut sebentar untuk sebuah bunga yang tak kunjung mekar. Kala itu kau masih begitu lugu dengan putih birumu. Juga dengan sepeda biru kesayanganmu. Dan aku? Sama sepertimu, lugu juga unyu.

Kalau ditanya siapa pemujamu yang pertama, mungkin akulah orangnya. Sejak awal kita berjumpa ada sesuatu yang tidak biasa. Membuat diriku sering tenggelam dalam rasa. Kadang semua suara terhenti sekejap membisu dalam riuh, hanya gerakmu. Berirama gerak melambat tak bersuara. Hening, begitu para biksu sering bergeming.

Masih kuingat jelas parasmu saat itu. Masih dekil dengan rambut sepanjang bahu milikmu. Juga dengan bibir dan hidung mungilmu. Aku adalah lelaki berengsek jika kau ku sebut gadis berhidung pesek. "Mungil" mungkin itu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan hidung tanpa membuatmu tersinggung. Dan senyummu yang setiap hari selalu kunanti layaknya sarapan pagi. Hariku belum disebut hari jika senyumanmu belum terjadi. Didinding sering terpapang "utamakan sarapan", bagiku terbaca "utamakan senyuman". Karena senyumanmu adalah menu terlezat sarapan pagiku.

Memandangmu kadang memaksa waktu berubah menjadi kosong, jarum jam terhenti berubah menjadi bengong. Mereka iri dengan keindahanmu, atau mungkin hanya ikut terbawa suasana hatiku. Bagiku engkau adalah gadis terindah dimataku setidaknya untuk beberapa waktu-waktu itu. Namun kini semua tak lagi berlaku. Banyak gadis ayu yang terekam di mataku. Tapi tenanglah, mungkin kini banyak gadis singgah dimataku tapi tidak dengan hatiku. Mataku mungkin bisa tertipu oleh sebuah ayu, tapi hatiku masih tertambat di kamu. Gadis berhidung mungil bersepeda pancal berwarna biru.

Kesalahan terbesarku adalah kau tak sempat tahu isi hatiku. Mungkin kau menyadari, tapi entahlah itu hanya digaanku saja. Atau mungkin kau juga punya rasa yang sama, tanpa ada daya yang bisa menyatukan aku dan kamu menjadi kita, entahlah biarkan saja mengalir begini adanya.

Sepasang Kaki ini sudah lama tegak berdiri, namun tak juga mampu untuk berlari.

Teruntuk Monie,

iklan

" Belum dapat kukenali mana kopiku dan mana senyummu yang tawar tanpa gula bagai obat pengantar luka "